Dari Sirah Kencong hingga Rambut Monte

15:48 0 Comments A+ a-

Awalnya kepingin survey lokasi bersepeda yg fresh di luar kota. Karena ada rencana bawa bracket jadi tentu perlu dilihat dulu kondisi medannya.
Saya buta arah kesana, hanya mengandalkan browsing dari hari sebelumnya. Yang saya tahu bahwa mesti mencapai wlingi dulu. 
7 Pagi langsung meluncur setelah pamit sama orang rumah dgn tangisan bahagia  ... halah.
Maklum hampir sebulan ini tidak bisa kemana2 krn ada kerjaan.


 Untuk jalur keberangkatan ini sudah umum diketahui, melewati kepanjen kemudian tembus ngajum. Jalur yg biasa dipakai menuju ke Blitar.
Penghubung sumberpucung ke kesamben. Jalan ini lho membuat saya jatuh cinta, jadi ingat beberapa tahun silam saat ke solo.
Banyak ketemu jalan seperti ini.

Begitu memasuki jalan mastrip menuju tegal asri, auranya langsung berubah...wuusssss.
Pegunungan, sawah, sungai, desa dgn rumah2 beratap rendah,
Senyum penduduk yg tampak ramah bersanding dgn lenggangnya sepanjang jalan. Bawaannya ayem.
 Memasuki hutan sengon ini saya sempat ragu2, karena disini minim petunjuk jalan plus banyak percabangan. Untung ketemu bocah2 yg entah dalam misi apa keliling hutan sengon yang misterius hawanya.
Jalan lagi, ketemu sekolah yang keren banget menurut. Sekolah ini bangunan satu2nya ditengah hutan. Belakangnya, depan maupun samping lapang dgn tanaman tok.
Widiw, ini mah beneran sekolah alam, dan bisa dipastikan tak semahal sekolah2 alam di peradaban luar sana. 

Selanjutnya masuk perkebunan kopi. Saya makin ragu2 karena ada portal dan gerbang. Ketemu Pak Diman buruh perkebunan. Bincang2 lama dan dengerin curhat beliau, malah diajak mampir rumahnya, lha ....
Gaji pegawai disini kecil, namun tertutup dgn disedikan rumah dan dibolehkan menanam palawija sendiri.

Setelah perkebunan kopi, maka jalan raya sudah habis. Berganti jalan tanah yang bisa dibilang mulus, bisa banget dilalui motor atau mobil, sepeda apalagi.

Entah tempat apa ini, semacam tempat penambangan pasir dgn luas yg naujubilah. Sampai mirip kawah. Keren sih
Di sini saya sempat bertemu rombongan loading sepeda. 

Ternyata 'kawah' tadi punya beberapa rekan. Cocok dipakai buat lapangan bola atau bangun istana sekaligus lahan pemakaman karena luasnya.
Ada juga seperti bekas pemandian raja2. Saya sempat kepingin turun, cuma ragu2 lek kepleset ora ono koncoe seng nulungi, bengok2 o paling yo tim sar kaet nemokno aku seminggu ngkas, haha. (itu juga lek ngambang, lha lek kelem)
Ini sedang mengamati salah satu ''kawah' terluas di sini. Tinggi sekali dindingnya dan berlumut, jatuh kebawah saya ga jamin bisa nggak cedera dan bisa naik lagi dgn mudah.
Setelahnya langsung menuju sirah kencong, dan berakhirnya jalan mulus berganti jalan makadam.

Jujur saja sampai sini saya belum terlalu takjub. Hingga loket karcis , perasaan saya masih standar lebih sedikit, hehehe.
Mendung sudah duluan tiba dan situasi lebih 'crowded' dari perkiraan saya.

Tidak langsung menjelajah kebun teh, melainkan menuju air terjun yg katanya bagus.
Sory to say, bagus cuma kurang dipercantik atau dikelola dgn baik sekitarnya, jadinya ya ga terlalu istimewa kesan keseluruhan. Utk menuju kesini dgn sedikit trekking.
Balik ke kebun teh.



Nah ini baru paten. Nuansanya beda dgn kebun teh purwosari- Lawang. Di sini kebun tehnya berbukit dan berlereng (gimana ya jelasinnya).
Bila di lawang, kita bisa memandang dgn langsung sekitar kebun teh berada pada dataran yang lapang dan luas. Di sirah kencong, utk memandang beberapa spot mesti naik ke lokasi yg tinggi karena lokasinya berbukit, tidak datar.
Gitulah, kalau masih bingung datang aja langsung biar ngerti, hehe.
Dua2nya sama2 paten. Di lawang yg paling bagus adalah yg jadi jalur pendakian ke arjuno.
Setelah berkeliling, laparpun tiba. Buka kompor, nyangkruk, bikin coklat sama mie. Hujan langsung nimbrung, padahal posisi persis diatas. Clingak clinguk ga ada gubuk derita ataupun istana kaca.
Kejadian juga minum coklat dan makan mie di tengah hujan , saking ga tau gimana mengungkapkannya , saya cuma terkekeh sambil berurai airmata buaya. Mana perut lapar banget.
Kesalahan sepertinya tadi ga mampir warung dulu, sungkan soalnya ada beberapa keril dan tampang2 pendaki yg bejibun lagi nongkrong di situ.

Sesuai waktu yg direncanakan, saya melanjutkan perjalanan balik melalui jalur Sirah kencong - Batu, melewati Krisik.
Hujan yg tak menentu itu saya terabas saja sampai kawasan hutan kawisari.
Jalur dari sirah kencong menuju Krisik ini adalah jalur puaraaaaaahh banget nampolnya. Tak habis pikir ada kampung dgn bangunan megah di tengahnya, gimana coba naik kesini bawa bahan bangunan, dan mengapa pula saya repot2 mikir sampai kesitu... hadeehh.
Jangan coba2 bila motor ga prima, ban sering bocor dan pantat tidak kebal peluru.
Sekitar 6-7km berisi jalur yg membuat pegal badan dan hati. Ada tapinya, pemandangannya sukar dilupakan!
Di sini penuh dgn hutan liar semacam yg ada di untaian menuju Jemplang - Bromo.
Awal masuk jalur ini suguhannya sangat menciderai perasaaan,  kalau sayang motor pikir2 dulu deh. Kilometer pertama anda akan disambut oleh....           TAMBAL BAN dan kios pertamini. 
Portal penjagaan jalur kawisari. Beristirahatlah, karena jalur ini masih belum selesai dan biar bokong ga kram.
Jangan mengharap ada warung, bila kepepet makan saja dedaunan yg jumlahnya tersedia milyaran.

Kenapa jalur ini rekomended. Suasana liarnya sangat terasa sekali, kita bak dibawa ketengah2 kawasan hutan antah berantah yg berisi dedemit dan genderuwo doyan gentayangan. 
Apalagi jalurnya jarang dipilih orang, kemungkinan karena memang lumayan busuk tidak segera diaspal pemerintah setempat. Persis arena dragrace amatir kurang dana.
Dari kawisari menuju krisik ini juga cap jempol gajah. Bisa menakjubkan dengan bersepeda ala crosscountry.
Sawah trap2an model begini puluhan bisa dijumpai dan sekelilingnya 'ndeso' banget dalam kesan positif.

 Dari krisik menuju ngantang, berlanjut dharmawisata ke rambut monte.
Lagi2 telaga cantik namun kurang baik pengelolaannya. Gila aja tempat segini bagus kok bisa toiletnya buka cuma satu di tanggal merah, plus airnya ga mancur.
Murah sih, cuma 3ribu rupiah tapi kok kesannya seadanya banget. Padahal lokasinya menakjubkan. Masuk Malang bisa populer nih tempat.
Dari rambut monte ke ngantang hampir tidak terekam dgn baik. Karena situasi sudah semakin galau, menuju Batu apalagi. Lupa kalau tanggal merah, udah gabung dgn rombongan dharmawisata yg arak2an sepanjang jalan, niatnya pulang cepet apa daya.
Hujan badai juga gila2an sepanjang ngantang sampai pujon. Jalur ini tidak direkomendasikan utk balik saat musim begini.

Jadi hasil akhir survey tsb gimana? Sirah kencong memang oke kalau utk sepedaan, cuman kalau jauh2 bawa bracket pakai motor kesana rasanya akan sangat menderita. Dan perkiraan jalurnya bisa diteruskan sampai melebihi sirah kencong itu sendiri, hingga batas perkebunan kopi.
Mending bawa pickup deh, atau kontak temen di sekitar wlingi. 
Utk jalur Sirah kencong via kawisari, ini cocok2an. Kalau suka tantangan ya hajar saja.
Cuma saya belum lengkap mensurvey jalur ini. Waktu yg akan datang insaya Allah.
Utk ngantang hingga krisik itu bagus waktu sekilas saya amati. Terserah mau start dari ngantang atau sekalian dari Malang.
Dan, akhinya saya pamit diri. Untuk foto2 yg lain bisa dilihat di GooglePlus saya
Salam